Seringkali kita lihat para aktivis pergerakan berorasi sambil membawa spanduk bertuliskan tuntutan keadilan dengan ajakan untuk melawan segala bentuk kedzaliman. Apa yang dimaksud kedzaliman oleh mereka? Tak lain dan tak bukan adalah kedzaliman penguasa/pemerintah. Mereka menganggap kedzaliman penguasa sebagai suatu perkara yang besar. Korupsi, kesewenang-wenangan hukum, kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat itulah yang selalu mereka anggap sebagai musuh utama.
Namun, apakah demikian menurut Islam? Bahkan telah Allah jelaskan dalam firman-Nya ketika Luqman memberi nasehat kepada anaknya :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS.Luqman:13)
Dan juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman :
Dan juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman :
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=tƒ OßguZ»yJƒÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur tbr߉tGôg•B ÇÑËÈ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Ketika ayat ini turun banyak dari kalangan shahabat yang merasa berat (tidak mampu) mengamalkannya. Bagaimana tidak, setiap jiwa pasti akan berbuat dzalim sekecil apapun, baik kepada orang lain maupun pada dirinya sendiri. Maka shahabat bertanya kepada Rasulullah tentang ayat di atas dan Beliau menjelaskan bahwa barangsiapa yang tidak mencampuradukkan imannya dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maka sudah jelas bahwa kesyirikanlah merupakan kedzaliman yang amat besar. Bagaimana kesyirikan bisa dikatakan sebagai kedzaliman? Dzalim mempunyai pengertian menempatkan sesuatu perkara tidak pada semestinya yaitu lawan kata dari adil.
Oleh sebab itu orang yang berbuat syirik maka dia telah berbuat dzalim kepada Allah, karena dia telah memberikan peribadahan bukan hanya kepada Allah namun dia telah melakukan ibadah kepada selain Allah. Dia telah menjadikan tandingan dan sekutu bagi Allah. Padahal ibadah adalah hak Allah semata. Dan sebesar-besar kedzaliman adalah berbuat dzalim kepada Allah, Rabb yang telah menciptakan manusia, memberi rizki dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Apakah demikian pembalasan yang kita berikan? Di mana rasa syukur kita?
Jika demikian sudah seharusnya kita menjadikannya sebagai perkara yang utama dalam dakwah ini sehingga kaum muslimin semakin mengerti apa itu kesyirikan dan agar menjauhinya dari dosa paling besar tersebut. Dalam Al Qur'an, Allah telah berfirman :
¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç„ ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB tbrߊ y7Ï9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o„ 4 `tBur õ8ÎŽô³ç„ «!$$Î/ ωs)sù #“uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ
"Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa:48)
Kesyirikan adalah kedzaliman terbesar, dan tauhid adalah keadilan yang paling besar. Maka segala hal yang akan menafikan maksud ini, yaitu tauhid, maka perkara itu merupakan dosa yang paling besar. (Al-Jawabul Kafi, hal. 109)