Sabtu, 15 Desember 2012

Hukum Mengikuti Perayaan Natal dan Tahun Baru


Sangat disesalkan, banyak kaum muslimin yang ternyata ikut-ikutan gembira dan ikut-ikutan merayakan hari raya/hari besar kaum kafir. Di antara adalah perayaan Natal dan Tahun Baru. Yang lebih parah adalah Tahun Baru, karena banyak dari kaum muslimin yang tidak mengerti bahwa itu termasuk perayaan/hari besar orang-orang kafir. Mereka beralasan bahwa Tahun Baru bersifat universal. Di samping tidak sedikit dari kaum muslimin yang ikut meramaikan perayaan Natal, atau sekadar membantu tetangganya yang beragama kristen untuk merayakan Natal, berupa turut membantu memasak, hadir dalam undangan Natal, turut mengucapkan selamat, dll. Ini semua termasuk turut andil dalam perayaan hari besar agama kafir.


Semestinya seorang muslim menimbang segala ucapan dan perbuatannya dengan timbangan syari’at Allah. Bagaimana Islam mengatur hubungan dengan orang-orang kafir. Apakah boleh turut andil atau turut kerja sama, atau sekadar ikut meramaikan acara perayaan orang-orang kafir? Termasuk bolehkah ikut meramaikan atau ikut-ikutan senang dengan perayaan Natal dan Tahun Baru?

Berikut penjelasan seorang ‘ulama besar international, Asy-Syaikh Al-’Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, Mufti Besar Kerajaan Saudi Arabia (kini telah wafat).

Samahatul Imam Al-’Allamah Asy-Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz rahimahullah :

Tidak boleh bagi muslim dan muslimah untuk ikut serta dengan kaum Nashara, Yahudi, atau kaum kafir lainnya dalam acara perayaan-perayaan mereka. Bahkan wajib meninggalkannya. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari sikap menyerupai mereka atau berakhlaq dengan akhlaq mereka. Maka wajib atas setiap mukmin dan mukminah untuk waspada dari hal tersebut, dan tidak boleh membantu untuk merayakan perayaan-perayaan orang-orang kafir tersebut dengan sesuatu apapun, karena itu merupakan perayaan yang menyelisihi syari’at Allah dan dirayakan oleh para musuh Allah. Maka tidak boleh turut serta dalam acara perayaan tersebut, tidak boleh bekerja sama dengan orang-orang yang merayakannya, dan tidak boleh membantunya dengan sesuatu apapun, baik teh, kopi, atau perkara lainnya seperti alat-alat atau yang semisalnya.

Allah juga berfirman :

ا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangalah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” [Al-Ma`idah : 2]

Ikut serta dengan orang-orang kafir dalam acara perayaan-perayaan mereka merupakan salah satu bentuk tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Maka wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk meninggalkannya. Tidak selayaknya bagi seorang yang berakal jernih untuk tertipu dengan perbuatan-perbuatan orang lain. Yang wajib atasnya adalah melihat kepada syari’at dan aturan yang dibawa oleh Islam, merealisasikan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan sebaliknya tidak menimbangnya dengan aturan manusia, karena kebanyakan manusia tidak mempedulikan syari’at Allah. Sebagaimana firman Allah :

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ
“Kalau engkau mentaati mayoritas orang yang ada di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” [Al-An’am : 116]

Allah juga berfirman :

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Kebanyakan manusia tidaklah beriman walaupun engkau sangat bersemangat (untuk menyampaikan penjelasan).” [Yusuf : 103]

Maka segala perayaan yang bertentangan dengan syari’at Allah tidak boleh dirayakan meskipun banyak manusia yang merayakannya. Seorang mukmin menimbang segala ucapan dan perbuatannya, juga menimbang segala perbuatan dan ucapan manusia, dengan timbangan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Segala yang sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah atau salah satu dari keduanya, maka diterima meskipun ditinggakan manusia. Sebaliknya, segala yang bertentangan dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah atau salah satunya, maka ditolak meskipun dilakukan oleh manusia.

[Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah rahimahullahI/405]
sumber: http://www.salafy.or.id

Senin, 10 Desember 2012

Mati dan Larangan Menginginkannya....


Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematianز” (HR. At-Tirmizi no. 2307, An-Nasai no. 1801, Ibnu Majah no. 4248, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1210)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan kematian karena tertimpa kesengsaraan. Kalaupun terpaksa ia mengharapkannya, maka hendaknya dia berdoa, “Ya Allah, berilah aku kehidupan apabila kehidupan tersebut memang lebih baik bagiku dan matikanlah aku apabila kematian tersebut memang lebih baik untukku.” (HR. Al-Bukhari no. 5671 dan Muslim no. 2680)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا
“Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah dia berdoa untuk mati sebelum datang waktunya. Karena orang yang mati itu amalnya akan terputus, sedangkan umur seorang mukmin tidak akan bertambah melainkan menambah kebaikan.” (HR. Muslim no. 2682)
Penjelasan ringkas:
Banyak mengingat kematian dan semua kengerian setelahnya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam melembutkan hati dan memperbaiki jiwa. Karena dengan mengingatnya, seorang muslim akan termotifasi untuk mempersiapkan banyak perbekalan berupa amalan saleh, dan sebaliknya akan menjauh dari semua perkara yang bisa mencelakakan dia kelak, serta akan membuat dia memandang rendah dunia dan fitnah yang ada di dalamnya. Karenanya Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam senantiasa mendorong umatnya untuk mengingat kematian yang merupakan pemutus dan penghancur semua kenikmatan duniawiah.
Hanya saja, memperbanyak mengingat kematian bukan berarti seseorang disyariatkan menginginkan kematian betapapun beratnya beban yang dia rasakan di dunia ini. Justru sebaliknya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengharamkan setiap umatnya untuk menghendaki kematian. Karena bagaimanapun juga, kehidupan itu jauh lebih baik daripada kematian, karenanya bunuh diri dalam Islam adalah hal yang diharamkan. Apalagi kehidupan seorang muslim, dengan kematian maka amalannya akan berakhir, sementara jika umurnya masih ada maka itu tidak menambah bagi dia kecuali semakin memperbanyak amal salehnya.
Pada keadaan-keadaan tertentu dimana seorang muslim menderita dengan penderitaan yang sangat, dia tidak mati tapi juga tidak hidup dengan baik (seperti orang yang tertimpa penyakit yang sangat kronis yang sangat menyiksa dia akan tetapi dia tidak kunjung meninggal, misalnya), maka kalaupun dia ingin meminta kematian kepada Allah, hendaknya dia berdoa dengan doa yang tersebut dalam hadits Anas di atas.
sumber: http://hanifatunnisaa.wordpress.com

Kamis, 22 November 2012

Cukup.....Kematian Sebagai Peringatan


Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Makna Kehidupan
Banyak manusia yang tidak memahami arti kehidupan. Mereka hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan-kesenangan hidup duniawi. Slogan-slogan mereka adalah memuaskan hawa nafsunya, “Yang Penting Puas”. Prinsip dan misi mereka adalah bagaimana mereka dapat menikmati kehidupan, seakan-akan mereka tumbuh dari biji-bijian, kemudian menguning dan mati tanpa ada kebangkitan, perhitungan dan hisab.
Milik siapakah mereka? Apakah mereka tercipta begitu saja? Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?

أَمْ خُلِقُوْا مِنْ غَيْرِ شَيْئٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُوْنَ؟
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka yang menciptakan? (ath-Thuur: 35)

Allah menciptakan kita, memberikan kepada kita kehidupan adalah untuk suatu tujuan dan tidak sia-sia:

أَيَحْسَبُ اْلإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia? (al-Qiyamah: 36)
Berkata Imam Syafi’i (ketika menafsirkan ayat ini): “Makna sia-sia adalah tanpa ada perintah, tanpa ada larangan.” (Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, Ibnu Katsir, jilid 4, cet. Maktabah Darus Salam, 1413 H hal. 478)
Jadi manusia hidup tidak sia-sia, mereka memiliki aturan, hukum-hukum, syariat, perintah dan larangan, tidak bebas begitu saja apa yang dia suka dia lakukan, apa yang dia tidak suka dia tinggalkan.

Hidup dan Mati Adalah Ujian
Setiap yang hidup pasti akan merasakan kematian. Allah jalla jalaaluh menjadikan kehidupan dan kematian sebagai ujian. Siapa di antara manusia yang terbaik amalannya?

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلَُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
(Dialah) yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)
Fudhail bin Iyadh berkata: “Amalan yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan yang paling sesuai dengan sunnah”. (Iqadhul Himam al-muntaqa min Jami’il Ulum wal Hikam, Syaikh Salim ‘Ied al-Hilali, hal. 35)
Kita hidup di dunia adalah untuk diuji, siapa yang paling ikhlas amalannya hanya murni untuk Allah semata dan siapa yang paling sesuai dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu kita perlu memperhatikan apa makna kehidupan dan apa makna kematian?

Saudaraku-saudaraku kaum muslimin, sesungguhnya Allah menciptakan kita adalah untuk satu tugas yang mulia yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Allah turunkan kitab-kitabnya, Allah mengutus rasul-rasul?Nya adalah untuk misi ini.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (adz-Dzariyat: 56)
Sehingga hidup kita ini tidaklah sia-sia, melainkan kehidupan sementara yang sarat akan makna dan kelak akan ditanya tentang apa yang kita perbuat di dunia ini.

Kehidupan di dunia hanya sementara
Ingatlah, kehidupan ini hanya sebentar. Pada saatnya nanti kita akan memasuki alam kubur (alam barzakh) sampai datangnya hari kebangkitan. Lalu kita akan dikumpulkan di padang mahsyar, setelah itu kita menghadapi hari perhitungan (hisab). Dan kita akan menerima keputusan dari Allah, apakah kita akan bahagia dalam surga ataukah akan sengsara dalam neraka.

Kehidupan setelah mati ini merupakan kehidupan panjang yang tidak terhingga. Kehidupan ini disebutkan dalam al-Qur`an dengan istilah خالدين فيها (kekal di dalamnya) atau dengan أبدا (selama- lamanya) atau dengan istilah لا ينقطع (tidak akan terputus).

Sehari dalam kehidupan akhirat adalah lima puluh ribu tahun kehidupan di dunia. Maka kita bisa lihat betapa pendeknya kehidupan manusia yang tidak ada sepersekian puluh ribu dari hari kehidupan akhirat. Berapa umur manusia yang terpanjang dan berapa yang sudah kita jalani? Itu pun kalau kita anggap umur yang terpanjang, sedangkan ajal kita tidak tahu, mungkin esok atau lusa.

Oleh karena itu seorang yang berakal sehat akan lebih mementingkan kehidupan yang panjang ini. Seorang yang cerdas akan menjadikan kehidupan dunia sebagai kesempatan untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat yang abadi.

وَابْتَغِ فِيْمَآ ءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… (al-Qashash: 77)

Namun kebanyakan manusia lalai dari peringatan Allah di atas. Mereka lebih mementingkan kenikmatan dunia yang hanya sesaat dan lupa terhadap kehidupan akhirat yang kekal.

بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَاْلأَخرَاةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Tetapi kalian memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (al-A’laa: 16-17)
Allah hanya meminta kepada kita dalam kehidupan yang pendek ini untuk beribadah kepada-Nya semata dengan cara yang diajarkan oleh Rasul-Nya. Hanya itu. Kemudian Allah akan berikan kepada kita kebaikan yang besar di kehidupan yang panjang yaitu kehidupan akhirat

Kematian adalah pasti
Alangkah bodohnya kalau kita lebih mementingkan kesenangan sesaat dengan melupakan kehidupan abadi di akhirat nanti. Alangkah bodohnya manusia yang membuang kesempatan kehidupannya di dunia hingga kematian menjemputnya. Padahal Allah selalu memperingatkan dalam berbagai ayat-Nya bahwa kematian pasti akan datang dan tak tentu waktunya. Jika ia datang tidak akan bisa dimajukan dan dimundurkan. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ
Tiap-tiap umat memiliki ajal (batas waktu); maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya. (al-A’raaf: 34)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)
Untuk itu Allah dan rasul-Nya memberikan wasiat kepada kita agar jangan sampai mati kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri).

يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kalian mati melainkan kalian mati dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102)
Dengan demikian berarti kita harus selalu meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita, sehingga ketika datang kematian kita dalam keadaan Islam.
Ibnu Katsir berkata: “Beribadah kepada Allah adalah dengan taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah agama Islam karena makna Islam adalah pasrah dan menyerah diri kepada Allah… yang tentunya mengandung setinggi-tingginya keterikatan, perendahan diri dan ketundukan”. (lihat Fathul Majid, Abdur Rahman bin Hasan Alu Syaih hal 14) Yakni kita diperintahkan untuk pasrah dan menyerah kepada Allah. Diri kita dan seluruh anggota badan kita adalah milik Allah, maka serahkanlah kepada-Nya.
“Ya Allah kami hamba-Mu, milik-Mu, Engkau yang menciptakan kami dan memberikan segala kebutuhan kami. Kami menyerahkan diri kami kepada-Mu, kami pasrah dan menyerah untuk diatur, dihukumi, diperintah dan dilarang. Kami taat, tunduk, patuh karena kami adalah milikmu.”

Inilah makna Islam sebagaimana terkandung secara makna dalam sayyidul istighfar:

أََللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا سْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
Ya Allah Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada ilah (yang patut disembah) kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku di atas janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang aku perbuat. Aku mengakui untuk-Mu dengan kenikmatan-Mu atasku. Dan aku mengakui dosa-dosaku terhadap-Mu, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. (HR. Bukhari, juz 7/150)
Tidaklah seseorang meminta ampun kepada Allah dengan doa ini kecuali akan diampuni.
Dengan ikrar dan pernyataan kita tersebut, kita sadar bahwa semua anggota badan kita adalah milik Allah. Untuk itu harus digunakan sesuai dengan kehendak pemiliknya. Kita harus menggunakan tangan kita sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus menggunakan kaki kita untuk berjalan di jalan yang diridhai Allah. Mata, lisan dan telinga kita harus dipakai pada apa yang dibolehkan oleh Allah karena pada hakekatnya semua itu milik Allah.
Siapakah yang lebih jahat dari orang yang menggunakan sesuatu milik Allah untuk menentang Allah? Sungguh semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan akan ditanyakan langsung pada anggota badan tersebut. Mereka (anggota badan tersebut) akan menjawab dengan jujur di hadapan Allah untuk apa mereka digunakan.

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (al-Isra’: 36)

Kematian sebagai peringatan
Ayat-ayat dalam alQur`an yang menceritakan tentang kematian terlalu banyak. Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari akan terjadinya kematian ini. Namun mengapa kebanyakan mereka tidak menjadikan kematian sebagai peringatan agar bersiap-siap menuju kehidupan abadi dengan kebahagiaan di dalam surga. Sesungguhnya manusia yang paling bodoh adalah manusia yang tidak dapat menjadikan kematian sebagai peringatan. Dikatakan dalam sebuah nasehat:

مَنْ أَرَادَ وَلِيًّا فاللهُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ قُدْوَةً فَالرَّسُوْلُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ هُدًى فَالْقُرْآنُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ مَوْعِظَةً فَالْمَوْتُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ لاَ يَكْفِيْهِ ذَلِكَ فَالنَّارُ يَكْفِيْهِ
Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka al-Qur`an cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya.
Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya.
Saat ini wahai kaum muslimin, kita masih mempunyai peluang dan kesempatan, maka sekarang juga kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada rabb kita. Waktu ini bagaikan pedang, jika kita tidak mengisinya maka ia akan menikam kita. Sebagaimana dikatakan oleh para salaf:

اَلْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تُقَطِّعْهُ قَطَّعْكَ.
Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak memutusnya (mengisinya) maka dia yang akan memutusmu (menghilangkan kesempatanmu).
Jika ia tidak cepat dimanfaatkan dia akan membunuh kesempatan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌُ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lalai daripadanya: nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan. (HR. Bukhari)
Kesempatan adalah suatu kenikmatan besar yang Allah berikan kepada manusia. Namun sayang, kebanyakan manusia lalai daripadanya dan tidak menggunakan kenikmatan tersebut untuk taat kepada Allah, hingga kesempatan itu hilang dengan datangnya kematian.

(Dikutip dari buletin Manhaj Salaf, Edisi: 55/Th. II, tgl 21 Shafar 1426 H, penulis Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed)

Sumber: http://salafiyunm.blogspot.com/2009/05/kematian-sebagai-peringatan_06.html
anifatunnisaa.wordpress.com

Rabu, 07 November 2012

Nasihat Tidak Mempan Padanya...???

oleh Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (Az-Zumar: 22) Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. An-Naar (neraka) adalah diciptakan untuk melunakkan qalbu yang keras. Qalbu yang paling jauh dari Allah adalah qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah keras mata pun terasa gersang. Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan.

Sebagaimana jasmani jika dalam keadaan sakit tidak akan bermanfaat baginya makanan dan minuman, demikian pula qalbu jika terjangkiti penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan jiwa, maka tidak akan mempan padanya nasehat.

Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya.

Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.

Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya.
Adapun mereka yang membunuh qalbunya dengan menghidupkan hawa nafsunya, maka tak akan muncul hikmah dari lisannya.

Rapuhnya qalbu adalah karena lalai dan merasa aman, sedang makmurnya qalbu karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dzikir. Maka jika sebuah qalbu merasa zuhud dari hidangan-hidangan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat. Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat.

Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta’ala adalah angin semilir yang menerpa qalbu, membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapapun yang menempatkan qalbunya disisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan qalbunya di antara manusia, ia akan semakin gundah gulana.

Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah tidaklah akan masuk ke dalam qalbu yang mencintai dunia kecuali seperti masuknya unta ke lubang jarum (sesuatu yang sangat mustahil).

Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.

Qalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani, dan kesembuhannya adalah dengan bertaubat. Qalbu pun bisa berkarat sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berdzikir. Qalbu bisa pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah taqwa. Qalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, cinta, tawakkal, bertaubat dan berkhidmat untuk-Nya.

(Diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112)

Sumber : http://sunniy.wordpress.com/2007/08/31/hati-yang-keras-karena-jauh-dari-allah/

Kamis, 11 Oktober 2012

Matahari Terbit Di Kampung Laut ” Sepenggal Kisah Perjalanan Dakwah” (Bagian 2)

Kegembiraan para da`i Ponpes An Nur Al Atsary semakin bertambah, ketika dua orang stasi (tangan kanan) pendeta sekte Bethel dan Advent datang ke Ponpes An Nur Al Atsary untuk masuk Islam. Dua orang ini mengutarakan bahwa keduanya telah dijadikan para pendeta untuk “ menjaring domba-domba tuhan “ (pen : ini adalah ungkapan para pendeta ketika melakukan program kristenisasi). Selama menjalankan misi tersebut keduanya telah berhasil mengkristenkan sekitar 160 orang dan telah membangun sekitar lima gereja di wilayah kampung laut.


Sebab pertama yang membuat mereka berkeinginan untuk keluar dari agama Kristen adalah kecurangan para pendeta kepada mereka berdua dan kepada umatnya. Ketika keduanya bekerja keras mewujudkan keinginan pendeta, namun ketika ada bantuan materi yang seharusnya mereka terima ternyata “ dimakan” oleh para pendeta, dan ketika mereka diminta oleh sang pendeta utuk mengajukan proposal pengadaan mobil operasional, setelah mobil tersebut turun ternyata mobil tersebut dipakai sendiri untuk kepentingan pendeta, tapi sang stasi (tangan kanan pendeta) hanya diberikan sepeda untuk operasionalnya.


Ketika jamaah Kristen ada keperluan untuk menghadiri sebuah acara mereka di perintahkan oleh pendeta untuk iuran, agar bisa menyewa sebuah mobil, dan hal ini sering mereka alami. Kemudian mereka mengutarakan bahwa ketika melihat adanya sekelompok ummat Islam yang sedang berdakwah di kampung laut dan berhasil mengembalikan sejumlah warga yang murtad menjadi Islam kembali, mulailah mereka berfikir untuk masuk Islam. Karena mereka melihat adanya persaudaraan (ukhuwah) hakiki antar para muallaf dengan sekelompok yang berdakwah tersebut, yang mana hal ini tidak mereka dapatkan di agama Kristen.

Akhirnya mereka pun memberanikan diri untuk datang, dan pada waktu itulah mereka paham bahwa perbedaan Agama Islam dengan Kristen bukan hanya dalam hal persaudaraan namun juga dalam prinsip ketuhanan. Setelah prosesi masuk Islam selesai mereka berdua menyatakan, “ Sekarang saya tahu siapa itu Tuhan”. Alhamdulillah, kini mereka paham bahwa Robbul Alamin adalah Dzat yang Maha Esa, tidak memiliki anak dan satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi, adapun selain-Nya adalah makhluk tidak pantas diibadahi. Mereka berdua pun bertekad untuk mendakwahi orang-orang yang dulu mereka murtadkan, Alhamdulillah melalui dua orang tersebut sudah ada beberapa orang yang kembali ke islam. Semoga Allah mengokohkan keislaman mereka dan menolong perjuangan mereka.

Terkadang kisah lucu yang mengundang tawa muncul dari tingkah laku para muallaf, sebagaimana yang pernah terjadi ketika serombongan warga kampung laut datang ke Ponpes an Nur Al-Atsary dengan maksud untuk masuk Islam. Setelah mendapatkan wejangan dan bimbingan tentang Agama Islam mereka pun bersyahadat, kemudian mandi. Pada saat masuk waktu sholat mereka pun hadir dalam barisan jamaah sholat, dan ternyata mereka betul-betul belum tahu tentang tata cara sholat. Sehingga ketika sholat pandangan mereka tidak lepas dari gerakan jamaah yang lain dan mereka ikuti semua gerakannya. Ketika sujud mereka pun ikut sujud,lalu ketika jamaah bangkit dari sujud.

Sebagian mereka ikut bangkit namun sebagian lagi tetap dalam posisi sujud, maka salah satu muallaf yang bangkit dari sujud mencoba mengingatkan temannya yang tetap sujud, sambil menedang –nendang dengan kakinya ia berkata, “ kang….kang….tangi ! kang…kang …..tangi ! liane uis podo menyat “ (kang….kang…bangun! kang..kang ..bangun! yang lain sudah berdiri). Tentu saja kejadian ini membuat jamaah yang ada di samping mereka harus menahan tawa karena sedang sholat, seandainya tidak sedang sholat niscaya ia akan tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hal ini dituturkan oleh Pak Ade Muslih, salah seorang jamaah sholat yang waktu kejadian tersebut ada disamping mereka.

Bimbingan terus menerus dilakukan, hal ini memang dibutuhkan oleh para muallaf. Kebanyakan dari mereka belum mengetahui perkara-perkara mendasar dalam Islam, apakah Aqidah, Akhlaq, ataupun Fiqh. Sampai-sampai tata cara wudlu dan sholat pun banyak yang belum mengetahuinya. Sampai-sampai ada yang melaksanakan sholat sambil dia membaca buku tata cara sholat di tangannya. Alhamdulillah saat ini, telah berjalan pengajian rutin untuk mereka selain khutbah dan sholat Jum`at. Para muallaf yang berada di daerah Solok jero mereka bisa mengikuti pengajian setiap hari jumat setelah sholat Jum`at di masjid Al-Muwahidin Solok Jero.

Untuk para Muallaf yang berada di Desa Ujung gagak (karang Anyar) bisa mengikuti kajian rutin setiap malam Jum`at di masjid Al barokah Ujung Gagak. Semangat mereka dalam tholabul Ilmi mulai nampak, segaimana hal ini terlihat ketika diadakan pengajian, mereka antusias untuk hadir dalam acara tersebut sampai bisa memenuhi masjid dan semangat ibu-ibu petani Solok Jero dalam menimba ilmu Agama tidak kalah dengan para suaminya. Setiap hari Jum`at setelah selesai sholat Jumat mereka turun dari bukit-bukit berjalan kaki sambil membawa buku tulis dan pena menuju masjid untuk mengikuti pengajian rutin.

Pada awalnya, banyak dari mereka yang tidak memggunakan kerudung. Namun sekarang, Alhamdulillah mereka sudah terbiasa mengenakan pakaian muslimah yang lebar-lebar. Pak Hasan Makarim salah seorang Tokoh MUI Cilacap ketika kunjungannya ke Kampung Laut dan melihat ibu-ibu petani Solok Jero, merasa Takjub dengan semangat mereka dalam mengenakan pakaian muslimah bahkan merasa tidak percaya kalau yang dilihatnya itu adalah muallaf. Bahkan pernah suatu ketika seorang da`i ponpes an Nur Al Atsary memberikan pengajian bagi ibu-ibu petani di Solok Jero,ia sempat kaget ketika salah seorang ibu –ibu petani sudah ada yang berani mengenakan pakaian hitam lengkap dengan cadarnya.

Dan Sekarang sebagian ibu-ibu petani belajar agama Islam secara rutin setiap bada Sholat maghrib kepada seorang istri kader da`i yang ditempatkan di masjid Solok jero. Saat menjelang waktu maghrib terlihatlah ibu-ibu petani tersebut turun dari pebukitan dengan mengenakan mukena putih dan membawa lampu obor menuju masjid. Mereka pun ikut mengerjakan sholat maghrib berjamaah, kemudian belajar hingga waktu sholat Isya. Setelah sholat isya mereka kembali ke ke rumahnya masing-masing. Sebuah Pemandangan yang sudah sangat jarang ditemukan, ternyata tinggal di hutan pun tidak menghalangi seseorang untuk menuntut ilmu agama.

Alhamdulillah, kesadaran orang tua untuk menanamkan Ilmu agama Islam bagi anak-anak pun mulai muncul di hati masyarakat kampung laut. Saat ini, sebagian anak-anak petani mengikuti program belajar khusus bagi anak-anak yang diadakan di masjid Solok Jero dari pagi hari hingga sore hari, bahkan sekitar empat anak petani telah dikirimmkan ke Ponpes An Nur Al Atsary Ciamis untuk belajar Ilmu agama, dan beberapa Ahlu Sunnah di daerah lain segera menyambut berita gembira ini. mereka menyatakan kesedian untuk menanggung biaya anak-anak tersebut selama belajar di Pesantren.

Pendidikan Agama Islam untuk putera puteri Kampung laut memang sangat penting karena Insya Allah Ta`ala merekalah yang akan menjadi penerus Dakwah Tauhid di kampung halamannya. Oleh karena itu kesempatan belajar harus dibuka lebar-lebar untuk mereka , terlebih jika mengingat para misionaris Kristen yang gencar membuka program bea siswa bagi putera-puteri kampung laut untuk disekolahkan di lembaga-lembaga pendidikan mereka seperti Yos Sudarso, Akademi Maritim Nusantara, dan yang lainnya.

`Izzatul Islam (kemulyaan Islam) mulai dirasakan oleh masyarakat Kampung Laut. Hal ini nampak ketika pada tanggal 21 April 2012 lalu, diadakanlah acara Tabligh akbar di Desa Ujung Gagak (karang Anyar) Kecamatan Kampung laut dengan tema “ Menggapai kebahagiaan Dengan Islam” dan sebagai pematerinya adalah Al ustadz Muhammad Umar As Sewwed –hafidzahullah-. Acara ini dihadiri oleh Tokoh MUI Cilacap Pak Hasan Makarim, Kepala Kecamatan Kampung laut, Kapolsek Kawunganten, dan beberapa orang anggota Marinir. Suatu hal yang luar biasa, acara ini dihadiri oleh sekitar 1500 peserta yang berasal dari luar Kecamatan kampung laut selain peserta yang berasal dari kampung laut.

Lebih dari 30 perahu yang digunakan para peserta Tabligh akbar bersandar di dermaga Ujung Gagak, sehingga sebagian nelayan menahan keberangkatannya ke laut karena merasa takjub dengan pemandangan yang baru terjadi ini. Selama hidup di Kampung laut mereka baru melihat sekitar 1500 orang hadir dalam sebuah Tabligh Akbar dalam keadaan berpakaian jubah dan gamis. Tanpa sadar salah seorang penduduk berseloroh ,” akeh banget…..” (banyak sekali…). Setelah acara selesai banyak penduduk yang mencari pakain Jubah dan gamis, mereka merasa senang dan ingin meniru para tamu peserta yang kemarin hadir di acara Tabligh Akbar. Mudah-mudahan pakaian tersebut menjadi sebuah model yang terus mereka cintai.

Laa haula wa laa quwwata illa billah, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan segala apa yang telah diperoleh Ahlu Sunnah ketika berdakwah di kampung laut. Puji dan Syukur hanya bagi Allah Rabbul Alamin yang telah memilih sebagian hambanya untuk menjadi sebab terbukanya pintu hidayah dan kebaikan bagi suatu kaum yang dianggap lemah dan tak berharga. Hal ini adalah sesuatu yang sangat berharga jauh lebih berharga dari kekayaan yang mewah , sebagaimana sabda Rasululloh –Shalallahu alaihi wa sallam- bahwa jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang dengan sebab dirimu, maka hal itu lebih baik dari pada onta-onta merah (kendaraan yang paling mewah). Kini saatnya bagi Ahlus sunnah untuk bergandeng tangan merapatkan barisan menyusun langkah yang pasti untuk mengibarkan panji Dakwah Tauhid menyongsong kemenangan yang Allah janjikan. Sungguh wajah-wajah bercahaya yang merindukan Islam kini mulai muncul, bagaikan Matahari Terbit Di kampung laut .

Wahai Ahlus Sunnah ! Siapa lagi yang paling pantas berbelas kasih kepada manusia kalau bukan kalian ?! Dunia dan keindahannya jangan sampai memperdaya kalian, semua itu akan sirna, namun akan tetaplah amalan sholih menyertai hingga kalian berjumpa dengan Robbul `Alamin……………..

( Abu Jundi; ma’had An- Nuur Al- Atsaty Ciamis)

sumber : http://almanshurohcilacap.com/

Kamis, 27 September 2012

Diajak Zina Oleh.....Janda

Pertanyaan :

Assallamualaikum’… Saya cwok msh lajang’saya knal seorang janda dy mngajak zina’… Saya tdk mau… Hati dy kecewa’sedih … Apakah saya jg brdosa krn dh mnyakiti hatinya .

Dijawab oleh Abu Ibrahim ‘Abdullah

wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. semoga Allah menjaga saudara dan kita semua.

Anda tidak berdosa dengan menolak ketika diajak berbuat zina sama janda tersebut walaupun hatinya sakit karena penolakkan anda. justru anda berdosa besar jika anda menuruti ajakkannya untuk berbuat zina walaupun janda itu tersenyum dan merasa senang dengan maunya anda diajak berzina. perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar saya ingatkan dengan ayat dan hadits nabi tentang hukuman bagi orang berbuat zina.

Allah Ta’aala berfirman
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

“Dan orang-orang yang tidak berbuat syirik (mempersekutukan Allah) dengan sesembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina; dan barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat.” (Qs. Al-Furqaan : 68)

Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang dosa besar. Beliau menjawab : “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan padahal Dia yang telah menciptakanmu.” Kemudian apalagi? Beliau menjawab : “Engkau membunuh anakmu karena takut makan bersamamu.” Kemudian apalagi? Beliau menjawab : “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” (HR. Bukhari : 2475 dan Muslim : 58)

Berkata Al-Imam Ahmad Rahimahullah: “Saya tidak mengetahui setelah dosa membunuh ada yang lebih besar daripada dosa berzina.” (Ad-Daa’u wad Dawa’, Ibnul Qayyim : 230)

Dan terakhir saya nasehatkan kepada anda jangan mendekati sarana-sarana yang akan mengantarkan terjatuhnya seseorang kepada zina.

Sumber: http://nikahmudayuk.wordpress.com

Rabu, 05 September 2012

Agar Tak Mudah Galau

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,

yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,

dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,

bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),

dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,

dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.

Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,

kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.

Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.

Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.

(QS Al Ma´aarij: 19-35)

Besarnya Nikmat Allah

Datang seseorang kepada Yunus bin Ubadi rahimahullah (tabi’in, w. 139 H) mengeluhkan kesulitan dan kegalauannya dalam mencari penghasilan.

Yunus pun menanyaianya, “Senangkah engkau jika kubeli matamu dengan seratus ribu dinar?”

“Tidak.” Jawabnya.

“Telingamu?” tanyanya lagi.

“Tidak.”

“Akalmu?” Tanya Yunus.

“Tidak.”

Beliau terus menanyai nikmat Allah lainnya. Kemudian Yunus mengatakan, “Aku melihat jutaan dinar pada dirimu dan engkau masih mengeluh?”

[Siyar A’lamin Nubala’, karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullah]


Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 14 vol. 02 1433 H-2012 M “Berislamlah Niscaya Engkau Selamat”

Kamis, 30 Agustus 2012

Hukum Ringtone dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Azan


Semakin maraknya penggunaan telepon selular (Handphone) dikalangan manusia, menyebabkan terjadinya banyak penyalahgunaan yang menyelisihi syariat pada saat menggunakannya. Diantaranya adalah menggunakan ringtone (nada sambung) dengan lantunan musik, lagu, dan yang semisalnya. Sebailknya, sebagian kaum muslimin ada yang enggan menggunakan ringtone dari musik, namun terjatuh dalam kesalahan lain, yaitu menggunakan bacaan ayat-ayat al-qur’an, azan, dan yang semisalnya sebagai ringtone, yang ini juga merupakan bentuk merendahkan ayat-ayat Allah Azza Wajalla tersebut. Walhamdulillah maih banyak ringtone lainnya yang lebih selamat, seperti suara burung, suara dering telepon biasa, atau yang semisalnya yang lebih selamat dan tidak terjatuh dalam perbuatan yang diharamkan. Berikut kami nukilkan fatwa Ulama dalam masalah ini.

FATWA SYAIKH IBRAHIM AR-RUHAILI HAFIZHAHULLAH TA’ALA

Berkata Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah Ta’ala:

Termasuk yang dikhawatirkan menjadikan agama sebagai permainan dan perbuatan sia-sia,apa yang muncul belakangan ini dan menyebar–sangat disayangkan sekali-diantara banyak dari orang-orang yang mulia dan memiliki keutamaan, bahkan kami katakan: tidak terlepas pula sebagian penuntut ilmu, yang menjadikan al-qur’an di telepo-telepon selular mereka sebagai tanda masuknya deringan telepon (ringtone) yaitu potongan (ringtone) untuk menunggu panggilan tatkala ada yang menghubunginya. Sehingga tatkala tersambung, ayat-ayat dari kitabullah inipun muncul. Tatkala dia ingin menjawabnya, ayat-ayat tersebut terputus ,sehingga seakan-akan kitab Allah dijadikan sebagai hiburan semata, dan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam diejek dan dihinakan.

Kami tidak berprasangka bahwa orang yang menjadikan hal ini dari mereka yang memiliki kebaikan bahwa dia ingin mengejek. Namun kami katakan: Sesungguhnya kedudukan kitab Allah sepantasnya dibersihkan dari hal-hal seperti ini, demikian pula sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sepantasnya dibersihkan, demikian pula do’a-do’a yang diucapkan oleh para imam, tidak boleh digunakan untuk alat seperti ini.Jika orang yang menggunakanya itu meyakini bahwa itu agama, maka ini termasuk bid’ah, dan jika dia mengetahui bahwa hal itu tidak termasuk agama, namun dia hanya mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut sebagai pengganti ringtone yang bermusik, maka ini termasuk merendahkan kitab Allah Azza Wajalla. Maka sepantasnya kita bersikap pertengahan antara mereka yang berlebihan dan melampaui batas, dengan orang-orang yang fasik yang menggunakan potongan-potongan ringtone musik, dan mengganggu kaum muslimin hingga di masjid-masjid mereka.Alat (HP) ini merupakan nikmat dari Allah Azza Wajalla, sepantasnya digunakan dengan cara yang benar.

Ada banyak ringtone yang tidak ada unsur musiknya yang bisa digunakan sebagai tanda masuknya panggilan. Adapun sikap berlebihan dalam perkara ini, sehingga kalian melihat diantara manusia penuh keanehan dalam hal ini, terkadang muncul suara-suara hewan, terkadang anak-anak menangis atau tertawa, demi Allah ini perkara-perkara yang membuat tertawa, menangis, yang muncul dari orang-orang yang kami menyangka mereka memiliki keutamaan, terlebih lagi orang awam. Agama Allah sepantasnya disucikan,kitab Allah sepanasnya disucikan, sunnah sepantasnya disucikan pula, demikian pula do’a, demikian pula ini yang engkau dengarkan sepantasnya dibersihkan dari menjadikannya sebagai alat untuk datangnya panggilan atau menjawabnya melalui alat (HP) ini.

FATWA SYAIKH SALEH AL-FAUZAN HAFIZHAHULLAH

Beliau ditanya : apa pendapatmu tentang orang yang menjadikan handphone-nya sebagai pengganti musik dengan adzan atau bacaa al-qur’an al-karim ?

Beliau menjawab :

“ini termasuk merendahkan azan, zikir, dan al-qur’an al-karim,maka tidak boleh dijadikan sebagai alarm (ringtone). Al-qur’an tidak boleh digunakan sebagai alarm, lalu dikatakan: ini lebih baik dari musik. Apakah anda diharuskan melakukannya? Tinggalkan musik, gunakan alarm yang tidak ada musik padanya dan tidak pula al-qur’an, sekedar pemberi peringatan.Iya”

Sumber:http://sahab.net/forums/showthread.php?t=362872

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal

(Dikutip dari http://www.salafybpp.com

Sabtu, 11 Agustus 2012

Matahari Terbit Di Kampung Laut ” Sepenggal Kisah Perjalanan Dakwah” (Bagian 1)

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, waktu berjalan demikian cepat. Tidak terasa satu tahun lebih telah berlalu menjalani dakwah tauhid di kampung Laut. Ketegangan, kesulitan, senyuman, dan tangisan semuanya teralami ketika mengibarkan panji dakwah tauhid di daerah ini. Semula tatapan pesimis muncul dari sebagian kaum muslimin yang mendengar bahwa Ahlus sunnah mulai melangkahkan kaki untuk berdakwah di daerah ini. Mereka merasa tidak percaya diri kalau masyarakat Kampung laut yang terkenal dengan kehidupan keras , amoral, bodoh, dan miskin mau menerima dakwah tauhid. Karena dahulu pernah ada beberapa ormas yang berupaya mencurahkan dakwah Islam dengan menjalankan berbagai program sosial dan pembangunan masjid namun hasilnya jauh dari yang mereka harapkan. Sehingga ungkapan keputusasaan muncul dari mereka.


Allah Rabbul `Alamin adalah Dzat yang Maha Berkehendak. Namun, ketika Allah menghendaki suatu kaum untuk mendapatkan Hidayah-Nya, maka tidak ada satu orang pun yang bisa menghalanginya. Demikian pula jika menghendaki kesesatan suatu kaum, maka tidak ada seorang pun yang menghalanginya. Alhamdulillahilladzi bi ni`matihi tatimmu Ash Sholihat, segala puji bagi Allah yang mana dengan Nikmat-Nya menjadi sempurnalah berbagai amalan shalih. Berbekal tawakkal, do`a dan semangat menteladani generasi salaf dalam berdakwah, Ahlus Sunnah yang berada di sekitar Ponpes An Nur Al-Atsary Ciamis terjun untuk mempelopori dalam mengkibarkan panji dakwah tauhid di Kampung Laut dengan sebuah harapan besar bahwa hal ini akan menjadi sebab Hidayah dan Ukhuwah bagi masyarakat Kampung laut juga bagi Ahlu Sunnah yang ada di berbagai daerah.


Sampai saat ini, kita melihat adanya tanda-tanda dikabulkannya do`a dan harapan tersebut oleh Allah Ta`ala, karena dengan sebab dakwah ini sekitar 100 orang masyarakat kampung laut telah kembali masuk Islam, setelah sebelumnya murtad mengikuti seruan misionaris Kristen. Selain itu, masjid-masjid jami di wilayah tersebut meminta untuk dikunjungi dan diadakan pembinaan rutin, dan Ahlus Sunnah yang ada di berbagai daerah kini mulai bangkit untuk sama-sama berta`awun. Semua ini menunjukan adanya respon baik yang bisa dijadikan sebagai suatu kekuatan dan peluang untuk melanjutkan dakwah tauhid yang mulia ini. Rasa penat dan letih yang terkadang muncul ketika menjalani dakwah ini, namun rasa tak terasa hilang begitu saja ketika mendengar ucapan Syahadat yang keluar dari lisan seorang muallaf. Betapa tidak sebelumnya ia adalah seorang yang murtad kemudian memusuhi dakwah tauhid.

Pernah suatu ketika rombongan da`i dari Ponpes An Nur Al Atsary mengunjungi sebuah lokasi wakaf di Desa Ujung Gagak yang telah direncanakan untuk dilakukan pembangun masjid di atasnya, namun pihak misionaris kristen mendahuluinya dengan membangun sebuah gereja tepat di samping tanah tersebut. Ketika bangunan gereja itu diambil gambarnya maka tiba-tiba ada seorang lelaki hitam berbadan kekar dengan bertelanjang dada berlari menghampiri. Kemudian membentak rombongan da`i tersebut, belakangan diketahui bahwa lelaki itu adalah seoarang yang murtad dan menjadi pendukung utama para misionaris Kristen. Namun sungguh tidak disangka, berapa waktu kemudian lelaki itu datang ke Ponpes an Nur Al Atsary ditemani beberapa orang masyarakat Kampung Laut lainnya untuk menyatakan keislaman, Alhamdulillah. Rasa haru pun kerap hadir, ketika melihat beberapa orang yang menyatakan bahwa dirinya ingin bertaubat dari segala perbuatan dosa yang ia sering lakukan kemudian ia menjalaninya dengan jatuh bangun sementara kondisi lingkungan belum mendukung keinginannya.

Teringatlah seorang pemuda Karang Anyar yang mana masyarakat telah mengenalnya sebagai “ jagoan” yang ditakuti, hampir setiap hari miras ditenggaknya. Pada suatu hari ia dan sekitar sepuluh orang teman-temanya yang “ se-profesi” datang ke Ponpes An Nur Al Atsary bersama dengan orang yang mau masuk Islam. Para pemuda “ singa-singa kampung Laut” yang berwajah garang tersebut menyatakan bahwa mereka masih beragama Islam namun ingin bertaubat dan ingin memperbaiki jalan hidupnya, maka mereka pun mendapatkan wejangan dan bimbingan dari asatidz Ponpes An Nur Al Atsary. Kemudian setelah berbicara banyak hal yang menunjukan adanya keinginan baik mereka pun pamit untuk pulang. Beberapa waktu kemudian, serombongan da`i dari Ponpes An Nur Al-Atsary berkunjung ke Karang anyar setelah selesai berdakwah di daerah Ujung Alang.

Ketika sedang berjalan di jalan kampung menuju rumah sebuah penduduk, rombongan da`i tersebut melihat salah seorang “ singa Kampung Laut” yang pernah datang ke Ponpes an Nur Al Atsary dalam keadaan sedang berjalan limbung, maka dugaan pun muncul bahwa ia sedang mabuk karena miras. Ketika ia melihat ke rombongan, ia segera berlari dengan sempoyongan menuju rombongan da`i. Melihat kejadian ini beberapa anak kecil yang sedang bermain di depan rumahnya segera berhamburan karena ketakutan, khawatir jika pemuda itu mau mengamuk. Namun setelah sampai di hadapan rombongan ia pun mengucapkan salam dan mengacung-acungkan kedua tangannya ke atas kepala sambil berkata, “ maaf ustadz…..maaf ustadz….”. Ucapan ini terus ia ulang-ulang sambil mengawal rombongan da`i menuju sebuah rumah penduduk, bahkan ketika rombongan berjalan kea rah dermaga untuk pulang ia tetap bersikeras untuk mengawal, walaupun keadaannya sempoyongan.

Karena sudah masuk waktu Maghrib rombongan memutuskan untuk sholat di sebuah mushola yang ada di sana, pemuda itu pun berinisiatif mencarikan tempat yang bisa dijadikan untuk berwudlu. Ia berlari ke pinggiran dermaga lalu mendorong beberapa perahu yang sedang bersandar lalu ia ia bersihkan sampah-sampah di tepian sungai tersebut, kemudian ia berkata, “ silahkan wudlu Ustadz…..!”, rasa takjub dan haru pun belum berhenti sampai disana, ternyata ia memaksakan diri untuk ikut sholat bersama rombongan, ia belum memahami kalau orang yang mabuk tidak boleh mendekati sholat, ternyata ia mengikuti sholat maghrib berjama’ah sampai selesai. Ketika rombongan sedang menjama Sholat isya, pemuda itu pun mulai kelihatan tidak bisa mengalahkan rasa mabuknya, akhirnya ia pun jatuh terbanting ke belakang kemudian tergeletak tak sadarkan diri.

Di saat rombongan bersiap-siap pulang salah seorang warga membangunkannya dan mengatakan kalau rombongan para ustadz akan pulang, ternyata di luar dugaan ia tiba-tiba bangkit dan memaksakan diri untuk mengantar rombongan menuju perahu yang bersandar di dermaga. Kemudian ia memegang perahu tersebut supaya rombongan bisa naik ke atasnya. Tidak lama setelah rombongan mengucapkan salam kepadanya, perahu pun laju meninggalkan pemuda tersebut yang melambaikan tangannya. Rombongan da`i pun merasa takjub dan terharu dengan kejadian tersebut, mereka menyadari bahwa sebenarnya telah muncul kecintaan dan keinginan baik dari pemuda tersebut, namun apa daya ia belum bisa mengalahkan lingkungan dan pertemanan jelek yang ada di sekitarnya. Alhamdulillah, kini pemuda tersebut sering terlihat hadir di masjid mengerjakan sholat Jumat.

Bahkan ketika acara Tabligh Akbar yang diadakan di Karang Anyar pada tanggal 21 April 2012 lalu, pemuda tersebut mengenakan pakaian gamis panjang, dan di dadanya tersemat tanda panita tabligh akbar. Hidayah Taufiq benar-benar ada di tangan Allah Ta`ala,kegembiraan yang tiada terhingga akan dirasakan oleh para da`i jika melihat orang yang didakwahinya dengan idzin Allah Ta`ala menyambut dan menerima dakwah tersebut. Demikianlah yang dirasakan ketika para da`i Ponpes An Nur Al-Atsary melakukan gebrakan awal untuk masuk ke Solok Jero sebuah daerah terpencil di wilayah kampung laut yang berbatasan dengan pulau Nusakambangan Bara. disanalah para Misionaris sekte Bethel dan Advent telah berhasil memurtadkan sekitar 40 kk petani. Bertemulah ketika itu dengan salah seorang koordinator kelompok petani yang berada di sana. Pembicaraan pun terjadi, dia menanyakan maksud rombongan Ponpes An Nur al Atsary masuk ke daerah tersebut dengan membawa tiga ekor kambing dan sejumlah bahan bangunan, dijelaskanlah kepadanya bahwa tiga ekor kambing itu adalah hewan qurban yang akan disembelih dan dibagikan kepada para petani muslim disana, kemudian bahan bangunan tersebut adalah untuk membantu para petani memperluas mushola mereka yang sangat kecil.

Orang tersebut pun paham dan merasa senang dengan kedatangan rombongan. Satu hal yang membuat rombongan Ponpes an Nur Al Atsary merasa heran. Ketika itu orang tersebut mengaku beragama Islam namun beberapa ucapanya persis ucapan kaum nashrani, seperti kalimat-kalimat “ puji tuhan” dan “ rumah tuhan” sering ia tuturkan. Ternyata dikemudian hari dia mengaku kalau ia sering diundang oleh Romo Carolus ke Cilacap dengan alasan rapat kerja namun sebelumnya ia diajak untuk mengikuti acara ritual mereka.

Kemudian Setelah dakwah Tauhid digencarkan di daerah Solok Jero, orang tersebut sering menghadiri sholat Jumat dan mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di masjid. Secara perlahan perubahan pun terjadi pada dirinya. Alhamdulillah, saat ini orang tersebut terlihat sering mengenakan pakaian gamis, memelihara jenggot dan senang beraktivitas di masjid,bahkan ketika ia sempat mengirimkan sms kepada salah seorang da`i Ponpes An Nur Al Atsary ia katakan, “ Alhamdulillah, Semoga Kehadiran beliau Ustadz Muhammad banyak ilmu yang nanti ana timba, karena tentang ilmu agama, jujur ana masih awam.” Subhanallah, jauh sekali ucapannya tersebut dengan ucapan ketika pertama kali bertemu.

( Abu Jundi; ma’had An- Nuur Al- Atsaty Ciamis)

sumber :http://almanshurohcilacap.com/

Jumat, 06 Juli 2012

Masuk Islam Karena Hijab


Seringkali wanita ini menghindar dari desakan?desakan para pemuda ketika ia berangkat kerja di salah satu rumah sakit, namun usahanya itu tidak pernah mendatangkan hasil. Iapun berfikir, bagai mana caranya untuk menyudahi desakan-desakan itu. Perkara itu terus menjadi pikirannya. Setelah beberapa hari berlalu, ia melihat kerabat  kerjanya mengenakan pakaian aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Itulah pakaian hijab dan sejenis mantel sebagai hadiah dari sebuah lembaga yang  mengenalkan Islam[1] kepada kerabatnya yang telah memeluk Islam itu. Kerabatnya itupun mulai menjelaskan kepadanya keindahan Islam. Bagaimana Islam menyempurnakan, menjaga dan menaungi seorang wanita. Sedangkan pakaian ini hanyalah sebuah perantara penjagaan wanita dari gangguan. Sebagaimana firman Allah yang ditujukan-Nya terhadap pada wanita,
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Setelah ia mendengar ayat di atas dari kerabatnya, ia langsung ingin mencoba kebenaran perkara itu. Lalu ia meminta agar kerabatnya memberikan hijab atau sejenis baju mantel kepadanya. Kemudian ia mencoba mengena­kan pakaian itu tanpa menjadikannya sebuah keyakinan. Setelah sepuluh hari berlalu, ia datang kepada kerabat­nya agar membawanya ke lembaga tuntunan Islam untuk menyatakan keislamannya. Ia telah melihat ke­agungan Islam dari kandungan ayat tersebut. Dan iapun membenarkan sebuah realisasi tanpa bantahan, dan iapun memiliki kelembutan pada saat ia mengenakan hijab tersebut. Ia berkata, “Aku bersaksi bahwa Islam itu ada­lah benar.” Kemudian ia mengucapkan syahadat tauhid, dan masuklah ia ke dalam agama yang agung ini. Bumi inipun menjadi luas karena sangat bergembira.
Demikianlah orang memeluk agama kita ini dengan berbondong-bondong tanpa paksaan. Ketika sebagian anak-anak kita ragu dengan keadilan Islam, dan menu­duh Al-Qur’an tidak memberikan hak-hak para wanita, sementara mereka larut dalam kebodohan, kedunguan dan ketidakseriusan mereka terhadap agama Allah dan Al-Qur’an-Nya setiap pagi dan sore.
Penulis selalu memohon kepada Allah agar memberi­kan mereka petunjuk dan membukakan tutup yang me­lapisi pandangan dan hati mereka.
Foot Note:
[1] Lajnah Khairiyah Kuwaitiyah. Sebuah lembaga yang bergerak mengenalkan Islam terhadap non Muslim.
Sumber: Buku “Saat Hidayah Menyapa”, Khalid Abu Shalih, Penerbit at Tibyan Solo.

Rabu, 20 Juni 2012

Kisah Menakjubkan : Para Pendeta Dan Misionaris di Nigeria


Subhanallah, itulah kata yang selalu diucapkan oleh setiap muslim, terutama ketika mendengarkan sebuah kisah yang dipaparkan dalam koran harian “Ukazh”, sebagaimana yang disebutkan berikut ini:
Koran harian “Tartim” yang beredar di Nigeria dan merupakan koran terbesar dengan oplah paling banyak menyebarkan berita yang tidak akan dilupakan oleh penduduk Nigeria. Koran yang terbit setiap hari Rabu tersebut, dalam editorialnya telah menggoncangkan salah satu kota besar di Nigeria, kota Kajoula. Dalam berita tersebut dipaparkan bahwa seorang pimpinan pendeta Nasrani dengan sangat mengejutkan melempar mushaf Al-Qur’an ke tanah di depan para hadirin yang datang dalam majelisnya. Tidak hanya itu, ia kemudian menuangkan bensin dan berusaha membakar mushaf tersebut.
Namun yang sangat mengherankan, mushaf tersebut same sekali tidak terbakar dan api tidak sampai menyentuhnya. Bahkan, tangan pendeta tersebut yang justru terbakar oleh kobaran api. Peristiwa ini terjadi pada saat umat Nasrani sedang melaksanakan kebaktian di gereja.
Setelah kejadian ini, Pendeta Froos seketika langsung menyatakan keislamannya dan diikuti oleh pemimpin gereja, Ya’kub Musa, kemudian diikuti oleh para pendeta dan misionaris di sana, sehingga jumlah mereka mencapai 200 misionaris. Setelah jangka waktu satu tahun berikutnya, pendeta Ya’kub Musa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekjen Organisasi Kependetaan di Kanjoula.
Di hari berikutnya, pemimpin redaksi koran “Ukazh”, Haji Ibrahim Sulaiman menulis berita tentang aktifitas Ya’kub Musa pasca mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekjen. la berdakwah menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok negeri Nigeria, Ibrahim Sulaiman juga menulis kisah-kisah Ya’kub Musa yag bisa dijadikan pelajaran bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Sumber: Kisah Pastur & Pendeta Yang Masuk Islam, Syaikh al-Husaini al-Muiddi, Penerbit al Kautsar, Hal.268-267

Jumat, 08 Juni 2012

Adab & Etika Terhadap Orang Kafir

Orang Muslim meyakini bahwa seluruh agama adalah batil kecuali agama Islam yang merupakan agama yang benar, dan bahwa para pemeluk semua agama adalah kafir, kecuali pemeluk agama Islam, karena mereka orang-orang Mukmin dan orang-orang Muslim. Mereka yakin karena dalil-dalil berikut:
Firman Allah Ta‘ala,
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19).
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagi kalian.” (Al-Maidah: 3).
Dengan dalil-dalil Ilahi yang benar di atas, orang Muslim mengetahui bahwa semua agama sebelum Islam telah dihapus dengan Islam, dan bahwa Islam adalah agama seluruh manusia. Oleh karena itu, Allah Ta‘ala tidak menerima agama selain Islam dari siapa pun, dan tidak meridhai Syariat selain Syariat Islam.
Dari sinilah, orang Muslim menyadari bahwa siapa saja yang tidak menyembah Allah Ta‘ala dengan agama Islam ia orang kafir. Untuk itu, ia menerapkan etika-etika berikut terhadap orang kafir:
1.  Tidak mengakui kekafirannya, dan tidak meridhainya, karena meridhai kekafiran adalah kekafiran.
2.  Benci kepada orang kafir karena kebencian Allah Ta‘ala kepadanya, sebab cinta dan benci itu harus karena-Nya. Oleh karena itu, selagi Allah Azza wa Jalla membencinya karena kekafirannya, maka orang Muslim pun membenci orang kafir, karena kebencian-Nya kepadanya.
3.  Tidak memberikan loyalitas dan kasih sayang kepadanya, karena dalil-dalil berikut:
Firman Allah Ta‘ala,
“Janganlah orang-orang Mukminin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukminin.” (Ali Imran: 28).
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22).
4.  Berbuat adil terhadapnya, dan berbuat baik kepadanya jika ia bukan orang kafir yang harus diperangi, karena Allah Ta‘ala berfirman,
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kalian karena agama dan tidak (pula) mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8).
Pada ayat yang mulia di atas, Allah Ta‘ala membolehkan berbuat adil, dan berbuat baik kepada orang-orang kafir, kecuali orang-orang kafir yang wajib diperangi, karena mereka mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam ketentuan orang-orang yang wajib diperangi.
5.  Menyayanginya dengan kasih sayang umum dengan memberinya makan jika ia lapar, memberinya minum jika ia kehausan, mengobatinya jika ia sakit, menyelamatkannya dan kebinasaan, dan menjauhkan gangguan daripadanya, karena dalil-dalil berikut:
Sabda Rasulullah saw.,
“Sayangilah orang yang ada di bumi niscaya engkau disayangi siapa yang ada di langit.” (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Hadits ini shahih).
“Pada setiap orang yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala.” (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits ini shahih).
6.  Tidak mengganggu harta, darah, dan kehormatannya, jika ia bukan termasuk orang yang wajib diperangi, karena dalil-dalil berikut:
Sabda Rasulullah saw.,
“Allah Ta‘ala berfirman, ‘Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan kezhaliman atas Diri-Ku, dan Aku mengharamkannya terhadap kalian. Oleh karena itu, kalian jangan saling menzhalimi’.”(Diriwayatkan Muslim).
“Barangsiapa menyakiti orang kafir dzimmi, maka Aku menjadi lawannya pada hari kiamat.”(Diriwayatkan Muslim).
7.  Ia boleh memberinya hadiah, menerima hadiahnya, dan memakan hadiahnya jika ia Ahli Kitab orang Yahudi, dan orang Kristen, berdasarkan dalil-dalil berikut:
Firman Allah Ta‘ala,
“Makanan orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagi kalian.” (Al Maidah: 5).
Dikisahkan dengan shahih bahwa Rasulullah saw. diundang makan oleh orang Yahudi Madinah, kemudian beliau memenuhi undangannya, dan memakan makanan yang dihidangkan kepada beliau.
8.  Tidak menikahkan wanita Mukminah dengannya, dan boleh menikahi wanita-wanita kafir dan Ahli Kitab, berdasarkan dalil-dalil berikut:
Allah Ta’ala melarang pernikahan wanita Mukminah dengan orang kafir secara mutlak dalam firman-Nya,
“Mereka (wanita-wanita Mukminah) tersebut tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka.” (Al-Mumtahanah: 10).
“Dan janganlah kalian menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman.” (Al-Baqarah: 221).
Allah Ta‘ala membolehkan seorang Muslim menikahi wanita-wanita Ahli Kitab dalam firman-Nya,
“(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kalian, bila kalian telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.” (Al-Maidah: 5).
9.  Mendoakannya jika ia bersin dengan memuji Allah dan berkata, “Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki urusanmu.” Karena Rasulullah pernah bersin di samping orang orang Yahudi, karena mengharap mereka berkata, “Semoga Allah merahmatimu,” kemudian beliau mendoakan balik, “Semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian, dan memperbaiki urusan kalian.”
10.  Tidak memulai ucapan salam kepadanya, dan jika orang kafir mengucapkan salam kepadanya, ia menjawabnya dengan mengatakan, “Wa’alaikum (juga atas kalian)”. Karena Rasulullah bersabda,
“Jika orang-orang Ahli Kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka katakan kepada mereka, ‘Wa‘alaikum’ (juga atas kalian).” (Muttafaq Alaih).
11. Menyempitkan ruang geraknya jika bertemu dengannya di salah satu jalan ke jalan yang paling sempit, karena Rasulullah bersabda,
“Janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen. Jika kalian bertemu dengan salah seorang dari mereka di jalan, maka mendorongnya ke jalan yang paling sempit baginya.” (Diriwayatkan Abu Daud dan Ath-Thabrani. Hadits ini hasan).
12.  Tampil beda dengannya, dan tidak menirunya dalam hal-hal yang tidak penting, misalnya memanjangkan jenggotnya jika ia tidak memanjangkannya, mengecatnya jika ia tidak mengecatnya, dan berbeda dengannya dalam pakaian, atau kopiah, karena dalil-dalil berikut:
Sabda Rasulullah saw.,
“Dan barangsiapa meniru satu kaum, ia termasuk mereka.” (Muttafaq Alaih).
“Hendaklah kalian berbeda dan orang-orang musyrik, panjangkan jenggot, dan cukurlah kumis.”(Muttafaq Alaih).
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak mengecat, maka berbedalah dari mereka.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Maksudnya mewarna jenggot, atau rambut dengan warna kuning, atau merah. Sedang mewamainya dengan warna hitam dilarang Rasulullah saw., karena Imam Muslim meriwayatkan, bahwa beliau bersabda,
“Rubahlah ini (rambut putih) dan tinggalkan warna hitam.” (Diriwayatkan Muslim).
Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 168-172