Selasa, 02 Maret 2010

Kisah Nabi Nuh-Hud-Shaleh


Nabi Nuh Alaihissalam
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam Alaihissalam.
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950 tahun.
Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.
Perahu Nabi Nuh
Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh Alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala supaya kaumnya itu ditimpa musibah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi Nuh Alaihissalam dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat perahu. Segeralah Nabi Nuh Alaihissalam dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit. Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana’an, terus mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh Alaihissalam dan kaumnya ini. Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.
Setelah perahu Nabi Nuh Alaihissalam selesai, Nabi Nuh mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.
Setelah itu, azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh Alaihissalam, Kana’an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh Alaihissalam berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat, namun Kana’an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.
Nabi Nuh Alaihissalam sangat bersedih dan menyesali sikap putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri, tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun berhenti. Kapal Nabi Nuh Alaihissalam tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh Alaihissalam termuat di Al Qur’an dalam 43 ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.
–ooOoo—
Nabi Hud Alaihissalam
Nabi Hud Alaihissalam turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba. Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh Alaihissalam, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud Alaihissalam agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan azab dalam 2 tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud Alaihissalam berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman. Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud Alaihissalam dan kaumnya yang selamat dari azab tsb.
Dalam Al Qur’an, kisah Nabi Hud Alaihissalam terdapat dalam 68 ayat yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.
–ooOoo—
 Nabi Saleh Alaihissalam
Nabi Saleh Alaihissalam, menurut silsilah, beliau adalah putra dari‘Ubaidah bin Tsamud bin ‘Amir bin Iram bin Sam bin Nuh Alaihissalam. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaumTsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh Alaihissalam.
Mukjizat Nabi Saleh Alaihissalam
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh Alaihissalam menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh Alaihissalam kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh.
Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu.
Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, “Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga.”
Kedurhakaan kaum Tsamud
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini.
Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.
Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, “Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!”
Berkata Nabi Saleh, “Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu.”
Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, “Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?”
Nabi Saleh menjawab, “Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi ampun.”
Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka?
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh Alaihissalam. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh Alaihissalam dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina.
Kisah Nabi Saleh Alaihissalam termuat di Al Qur’an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A’râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
sumber: http://ahlulhadiits.wordpress.com/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar